PROPOSAL PENELITIAN
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Berbasis Kooperatif Tipe NHT Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel (SPLDV), Untuk Siswa Kelas VIII.A SMP Negeri 2 Tigaraksa.
Untuk
Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah “Penelitian Pendidikan”
Yang
Dibimbing Oleh: Dr. Rusdy M,Pd
Disusun
oleh:
Nama : Hnedra Ngunju Hau
NPM : (2121000210019)
Kelas
:Matematika 2012 A
IKIP BUDI UTOMO MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahNya kepada penulis. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas UAS
pada mata kuliah Penelitian Pendidikan yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Berbasis
Kooperatif Tipe NHT Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV), Untuk Siswa Kelas VIII.A SMP Negeri 2 Tigaraksa.”
Dalam penyelesaian tugas ini, tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Pak Dr. Rusdy. M,pd, Selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing dengan penuh ketelitian dan kesabaran.
2.
Kedua orang tua penulis yang telah mendidik dan
memberikan doa restu.
3.
Teman-teman penulis terutama kelas Matematika 2012 B.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tugas ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pemerhati pendidikan pada umunya serta merupakan sebuah wujud pengabdian
kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Malang, Januari 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL…………...…………………..……………………................…… i
KATA
PENGANTAR …………………..….....……………..................…... ii
DAFTAR
ISI ……………………………………………….................……. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang………….……….......….…………...................….… 1
B.
Perumusan Masalah.............................................................................. 3
C.
Tujuan
Penelitian................................................................................... 4
D.
Manfaat Penelitian................................................................................ 4
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Pustaka................................................................................... 5
B. Kerangka Berfikir.............................................................................. 11
C. Hipotesis
Tindakan............................................................................ 12
BAB
III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.................................................................................. 13
B.
Subjek Penelitian
............................................................................. 13
C.
Faktor yang Diselidiki....................................................................... 13
D.
Instrumen Penelitian........................................................................ 14
E.
Prosedur Penelitian ........................................................................ 14
F.
Teknik Pengumpulan Data............................................................. 15
G.
Teknik Analisis Data ..................................................................... 15
H.
Indikator Keberhasilan .................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………...…………..……... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas
dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi
proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap
suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang
besar.
Mengingat
peran pendidikan tersebut maka sudah seharusnya aspek ini menjadi perhatian
pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang
berkualitas. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai
cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas,
karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara
logis dan sistematis. Karena itu, maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan
matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah peningkatan prestasi
belajar matematika siswa di sekolah.
Dalam
pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi.
Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama untuk semua pokok
bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu cocok untuk
satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain. Kenyataan yang
terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi matematika masih tergolong
rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pula
pada SMP neg. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru matematika
yang mengajar di kelas VIII bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa masih
tergolong rendah. Salah satu materi matematika yang penguasaan siswa rendah
adalah pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah, di mana pada
materi tersebut banyak siswa yang belum bisa menentukan cara yang mudah dalam
menyelesaikan suatu sistem persamaan linear dua peubah dari beberapa cara yang
ada, siswa juga kurang bisa menyatakan suatu bentuk model matematika dari soal
cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua peubah. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada semester I tahun
2009/2010 sebesar 5,0 dan pada semester II tahun 2009/2010 sebesar 4,76.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil observasi
awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMP NEGERI 2 TIGARAKSA menunjukan bahwa
pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menggunakan model
pembelajaran konvensional yakni suatu model pembelajaran yang banyak didominasi
oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan
dan keterampilan. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya
kreativitas dan kemandirian siswa sehingga menurunkan prestasi belajar
matematika siswa.
Melihat
fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna
meningkatkan prestasi belajar matematika disetiap jenjang pendidikan. Salah
satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan
pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup
hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan
suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik
dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan
pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman
dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran matematika sehingga
nantinya akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Model
pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekatan yaitu: STAD (Student
Teams Achievement Division), Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan
pendekatan struktural. Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think
Pair Share dan tipe Numbered Heads Together (NHT). Melihat
penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya pokok bahasan sistem
persamaan linear dua peubah, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang
dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together), karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan
dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri
utamanya adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap
materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya
masing-masing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi
dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan
pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang
berjudul :“Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII.A SMP
NEGERI 2 TIGARAKSA pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah
melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT”.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a.
Peserta didik
kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru.
b.
Model
pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.
c.
Rendahnya
hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.
d.
Pembelajaran
yang dilakukan belum efektif.
2. Indentifikasi Pemecahan Masalah
Masalah tentang rendahnya hasil belajar
matematika pada siswa kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA akan dipecahkan
melalui penerapan pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
yang dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan
kelas.
3.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan
melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada
siswa Kelas VIII.A SMP NEGERI 2
TIGARAKSA ?”
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
proses pembelajaran di kelas dan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA khususnya pada pokok bahasan Sistem
Persamaan Linear Dua Peubah.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1.
Bagi guru,
dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.
2.
Bagi siswa,
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua peubah.
3.
Bagi sekolah,
dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memberikan
pembelajaran matematika pada khususnya.
4.
Bagi penulis:
sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran
secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan
bandingan atau referensi khususnya kepada penulis lain yang akan mengkaji
masalah yang relevan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktifitas manusia yang sangat
penting bagi manusia. Pertanyaan yang sering muncul, mengapa manusia harus
belajar? Didunia ini tidak ada manusia yang dilahirkan memiliki potensi ilmu
pengetahuan yang tinggi. Jika bayi yang baru lahir tidak mendapatkan bantuan
dari manusia lain melalui belajar niscaya ia tidak dapat berbuat apa-apa, ia
tidak akan beranjak pada usia dewasa. Oleh karena itu, manusia selalu dan
senantiasa kapan dan di manapun ia berada harus belajar.
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka proses
belajar memegang peranan penting. Pada era globalisasi dan informasi sekarang
ini dituntut untuk memperoleh hal-hal yang baru yang lebih baik. Kegiatan
belajar yang terus menerus memberikan pengaruh terhadap terbentuknya kemampuan,
pemahaman, kecakapan, serta aspek lain yang dapat berkembang kearah yang lebih
baik yakni memilki ilmu pengetahuan yang lebih luas. Untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang pengertian belajar, dapat dilihat dari beberapa
defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
Chaplin
(dalam Ilhamsyah, 2009) mendefinisikan belajar sebagai (1) perolehan dari
sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari
praktek atau hasil pengalaman, (2) proses mendapatkan reaksi-reaksi, sebagai
hasil dari praktek dan latihan khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh James O.
Whittaker (dalam Ahmadi, 2003:126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses
di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan
mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa
kemudian bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan
suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan
pemahaman siswa sebagai hasil belajar. Gagne (Ardiansyah, 2008:9) menyatakan bahwa untuk terjadinya belajar pada diri siswa
diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external.
Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar yang
terdahulu. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau
ditata dalam suatu pembelajaran. Ini bertujuan antara lain merangsang ingatan
baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah
ada dengan informasi yang baru.
Sedang
Hamalik (Haling, 2004: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perkembangan
dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu
proses aktif yang dilakukan secara keseluruhan dengan kesadaran untuk
memperoleh pengetahuan/pengalaman baru yang ditandai dengan perubahan tingkah
laku. Karenanya dapat dikatakan bahwa jika setelah belajar tidak terjadi
perubahan belajar pada diri yang bersangkutan, maka tidaklah dapat dikatakan
padanya terjadi proses belajar.
2.
Pengertian
Matematika
Untuk mendefinisikan matematika sangatlah
sulit,tidak ada definisi matematika yang diterima secara mutlak. Cabang-cabang
matematika makin lama makin bertambah. Sampai saat ini, diantara para ahli
matematika belum ada kesepakatan yang bulat tentang defenisi matematika. Namun
demikian para ahli berusaha memberikan gambaran tentang hakekat matematika
termasuk cara pencarian kebenaran dan cara berfikir matematika.
Menurut
Dikmenum (dalam Tukiran, 2010: 66) matematika berasal dari bahasa latin manthanein
atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika
merupaka salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, serta
hakekat dan tujuan manusia dalam kehidupan.
Matematika
itu tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Matematika itu tidak hanya
berkaitan dengan bilangan beserta operasi-operasinya tetapi berhubungan pula
dengan unsur-unsur lainnya. Matematika tidak dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang berhubungan dengan kuantitas karena dalam geometri kuantitas kurang
mendapat penekanan dibandingkan dengan kedudukannya. Maka yang disepakati
hanyalah karakteristiknya.
Hal ini
menunjukkan bahwa sasaran matematika lebih dititik beratkan pada ide- ide atau
konsep-konsep, teori-teori dan hubungan-hubungan yang diatur secara logis
sehingga menimbulkan keterkaitan dengan konsep- konsep abstrak. Matematika
merupakan ilmu-yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, walaupun
manfaatnya tidak nampak secara konkrit. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu
akhirnya masyarakat sadar bahwa kehidupan sehari-hari tidak lepas dari
matematika.
3.
Prestasi
Belajar Matematika
Poerwadarminta (1974: 769) mendefinisikan
bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu
usaha yang dilakukan atau dikerjakan. Defenisi di atas sejalan dengan pendapat
Winkel (1986: 102) yang menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang
dicapai.
Istilah
prestasi selalu digunakan dalam mengetahui keberhasilan belajar siswa di
sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil yang
tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan
sesuatu pada saat tertentu. Prestasi belajar siswa ditentukan
oleh dua faktor yaitu intern dan ekstren. Faktor intern merupakan faktor-faktor
yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern
merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor
intern meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang
dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti
mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan
ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi
siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya
dengan orang lain. Faktor ekstern antara lain meliputi proses belajar mengajar,
sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi
keluarga.
Berdasarkan
pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli, maka dapat dikatakan bahwa
prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara
beberapa faktor.
4.
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar
aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran
serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para
siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga
tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu
:
1)
Hasil belajar
akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2)
Pengakuan
adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3)
Pengembangan
keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT
merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu :
a. Pembentukan kelompok
b. Diskusi masalah
c. Tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan
menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam
langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2.
Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan
belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal
(pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3.
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok
harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4.
Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
Langkah 5.
Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan
para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6.
Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir
dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan
oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2) Memperbaiki kehadiran
3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5) Konflik antara pribadi berkurang
6) Pemahaman yang lebih mendalam
7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8) Hasil belajar lebih tinggi.
B. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran matematika, guru harus mampu menciptakan suasana
belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran.
Dalam
pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang mempunyai
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima
materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya
serap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya tanggap yang lama.
Menyikapi
kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada
yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian
setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau
soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa
merasa takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul
karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap
kelompoknya tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA khususnya pada pokok
bahasan sistem persamaan linear dua peubah, guru perlu menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut
karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan sistem
persamaan linear dua peubah tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif
sama terhadap materi sistem persamaan linear dua peubah dan pada akhirnya
prestasi belajar siswa akan lebih baik.
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis
tindakan penelitian ini adalah:
“Dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear
dua peubah siswa kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA dapat ditingkatkan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tindakan yang diberikan adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan
tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
B.
Subjek
Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA pada Semester I (ganjil) Tahun Pelajaran
2011/2012 dengan jumlah 35 orang yang terdiri dari semua perempuan, dengan
kemampuan yang heterogen.
C.
Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Faktor Input yaitu kehadiran siswa yang menjadi
subjek penelitian
2.
Faktor proses yaitu aktifitas yang terjadi
selama porses pembelajaran berlangsung, meliputi;
a.
Siswa yang bertanya materi pelajaran yang belum
dimengerti.
b.
Siswa yang menjawab pertanyaan lisan guru
c.
Siswa yang menyelesaikan soal di papan tulis
d.
Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah.
e.
Siswa yang aktif pada saat kerja kelompok
f.
Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat kerja
kelompok.
g.
Siswa yang memberi tanggapan terhadap presentase
dari kelompok lain
3.
Faktor output yaitu hasil belajar matematika siswa
yang diperoleh pada setiap akhir siklus setelah diterapkan pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar observasi, untuk memperoleh data tentang
kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas.
b. Tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi
belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c. Jurnal refleksi diri, untuk memperoleh data tentang
refleksi diri.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini,
direncanakan terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang
diselidiki.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini
dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap kegiatan awal, meliputi:
a. Observasi awal
b. Tes awal: untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
memahami konsep persamaan linear dua peubah sebelum diadakan tindakan, yang
nantinya digunakan sebagai nilai awal yang diperlukan dalam pembagian kelompok
melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Di samping itu, diperlukan dalam
pengolahan nilai peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
2. Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam
tahap ini meliputi:
a. membuat skenario pembelajaran
b. membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar
mengajar di kelas ketika model pembelajaran kooperatif tipe NHT
diaplikasikan.
c. mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi
matematika telah dikuasai oleh siswa.
d. membuat jurnal refleksi diri.
3. Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan dalam
tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.
4. Observasi/evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi.
5. Refleksi hasil yang diperoleh dalam tahap observasi/evaluasi
dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Kelemahan-kelemahan/
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada
siklus berikutnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
a.
Sumber data:
sumber data dalam penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari
siswa dan guru.
b.
Jenis data:
jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dengan alat evaluasi lembar observasi, jurnal
refleksi diri dan data kuantitatif diperoleh dengan alat evaluasi hasil
belajar.
c.
Cara
pengambilan data: Data tentang pelaksanaan pembelajaran serta
perubahan-perubahan yang terjadi di kelas, diambil berdasarkan pengamatan
langsung dengan menggunakan lembar observasi dan jurnal refleksi diri.
Data tentang
hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar.
G.
Teknik Analisis Data
Data tentang hasil pengamatan mengenai perubahan
sikap siswa dianalisis secara kualitatif sedangkan data mengenai hasil belajar
siswa dianalisis secara kuantitatif. Data hasil belajar yang diperoleh
dikategorikan berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Martini,2005:27). Kategorisasi tersebut
adalah:
1.
Nilai 0 -
34
: dikategorikan “sangat
rendah”
2.
Nilai 35 - 54 :
dikategorikan “rendah”
3.
Nilai 55 -
64
: dikategorikan
“sedang”
4.
Nilai 65 - 84
:
dikategorikan “tinggi”
5.
Nilai 85 - 100
:
dikategorikan “sangat tinggi”
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, yang
ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus yakni bila skor rata-rata kemampuan
memecahkan masalah matematika siswa mengalami peningkatan.
Indikator keberhasilan
penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa dari
setiap siklus yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus mengalami
peningkatan skor rata-rata pada siswa kelas Kelas VIII.A SMP NEGERI 2 TIGARAKSA
setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT).
DAFTAR PUSTAKA
Andi Rusdi. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Di
dowload: http://anrusmath.wordpress.com/2009/11/10/pengembangan
Ariyanto, dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kooperatif. Di dowload: eprints.ums.ac.id/386/1/5._NINING_S.pdf –
Yusuf, Ahmad. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas 1 MA. Di dowload: www.dama